Iran telah mengirimkan pesan tegas kepada Amerika Serikat melalui perantara Qatar, bahwa setiap serangan Israel terhadap Iran akan dibalas dengan “respons tidak konvensional” yang mencakup penargetan infrastruktur Israel.
Dalam pernyataan eksklusif kepada Al Jazeera, seorang pejabat Iran pada Kamis (3/10/2024) mengungkapkan bahwa negaranya telah menyampaikan pesan tersebut kepada Washington, di tengah meningkatnya ketegangan regional setelah serangan rudal Iran ke Israel.
Pesan ini menekankan bahwa “fase penahanan diri sepihak telah berakhir” dan bahwa “penahanan diri individu tidak lagi memenuhi kebutuhan keamanan nasional kami”.
Pejabat itu juga menambahkan bahwa Iran tidak menginginkan perang regional, tetapi mengisyaratkan bahwa segala tindakan militer Israel akan memicu respons yang jauh lebih besar.
Pada Rabu, Israel berjanji akan membalas setelah Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) menembakkan dua gelombang serangan rudal balistik ke sasaran militer dan keamanan di Israel. Serangan ini, menurut Iran, merupakan tanggapan terhadap serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung serta di Lebanon, termasuk pembunuhan pejabat kunci dalam kelompok Hizbullah dan Hamas.
Serangan rudal yang terdiri dari sekitar 200 rudal ini tidak menimbulkan korban jiwa karena sebagian besar berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Israel, menurut militer Israel. Meskipun begitu, situasi ini tetap memicu ketegangan di kawasan, dengan Amerika Serikat yang telah berulang kali menjanjikan dukungan bagi sekutunya, Israel.
Reaksi AS
Resan yang dikirimkan Iran ke AS tampaknya merupakan respons terhadap pernyataan Presiden Joe Biden. Dalam pernyataannya, Biden mengatakan bahwa Israel berhak membalas serangan rudal yang dilakukan Iran.
Berbeda dengan situasi pada bulan April, ketika Iran menyerang Israel dan Gedung Putih meminta Israel untuk tidak merespons, kali ini Biden mendukung tindakan balasan.
Pesan Iran tersebut dapat ditafsirkan sebagai upaya untuk mencegah serangan lebih lanjut atau sebagai peringatan bahwa jika Israel mengambil tindakan, respons Iran akan jauh lebih keras.
Eskalasi di Lebanon dan Gaza
Israel terus melakukan serangan darat dan udara di Lebanon, termasuk menyerang Beirut, selama hampir dua minggu terakhir. Menurut pejabat Lebanon, serangan Israel telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan menyebabkan lebih dari 1 juta orang mengungsi dari rumah mereka. Selain itu, Israel juga melanjutkan serangannya terhadap Jalur Gaza, yang dimulai hampir setahun lalu.
Di Gaza, lebih dari 41.000 orang telah tewas, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menurut otoritas Palestina. Israel mengeklaim bahwa mereka menargetkan “sasaran dan infrastruktur” milik Hamas dalam kampanye militernya.
Namun, serangan Israel juga semakin memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza dengan menghalangi pasokan bantuan penting ke wilayah tersebut.
Seorang pejabat Iran mengatakan bahwa Israel harus “diadang secara praktis” untuk menghentikan apa yang disebut sebagai “kegilaan tanpa kendali” di wilayah tersebut.
Iran Siap Hadapi Konsekuensi
Tohid Asadi, seorang penulis dan spesialis urusan Iran, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa meskipun Iran tidak ingin menyeret seluruh wilayah Asia Barat ke dalam perang besar-besaran, Israel terus menguji kesabaran Iran selama beberapa bulan terakhir.
Asadi juga menekankan bahwa Iran mengirimkan pesan ganda: di satu sisi Iran tidak ingin perang, namun di sisi lain mereka tidak takut untuk berperang jika diperlukan.
Pengamat militer, Elijah Magnier, setuju dengan pandangan tersebut. Menurutnya, Iran memiliki dua pilihan: menunggu hingga semua sekutunya dikalahkan sebelum akhirnya diserang oleh Israel, atau bergabung dalam pertempuran saat ini.
“Iran tidak akan mentolerir serangan Israel, bahkan jika sasarannya adalah fasilitas militer atau keamanan,” kata Magnier, menekankan bahwa Iran siap membalas dengan keras setiap serangan lebih lanjut dari Israel.
Ketegangan ini mengarah pada situasi yang semakin berisiko untuk menciptakan perang skala besar di Timur Tengah, dan berbagai pihak internasional telah menyerukan agar konflik ini tidak memanas lebih jauh.