Penyebab Utama Perceraian Menurut Studi, No.1 Bukan Selingkuh

Foto: Ilustrasi Perceraian (Image by Steve Buissinne from Pixabay)

Psikolog dan seksolog John Gottman, lewat buku “What Predicts Divorce?”, menyebut ada empat penyebab perceraian dalam rumah tangga, yakni, penghinaan, kritik, sifat defensif, dan juga stonewalling. Jawaban ini dia dapatkan setelah melakukan penelitian terhadap 40.000 pasangan selama lebih dari 50 tahun.

“Dari keempatnya, prediktor terbesar dari hubungan yang gagal adalah penghinaan,” kata Gottman seperti dikutip CNBC Make It, Jumat (2/8/2024).

Menurut Gottman, penghinaan akan bermuara menjadi perkataan yang negatif. Saat itulah salah satu pasangan menyatakan bahwa mereka lebih pintar atau lebih baik, sementara yang lain merasa direndahkan dan tidak dicintai.

Ia mencontohkan, misalnya tindakan terus menyela perkataan pasangan dengan tidak sopan. Hal itu mengindikasikan bahwa seseorang memandang pasangannya tidak memiliki sesuatu yang menarik atau penting untuk dikatakan.

“Ketika perilaku ini menjadi lebih sering terjadi, hubungan apa pun, apalagi pernikahan, berada dalam masalah.”

Penghinaan pun akhirnya akan membuat pasangan tidak merasa adanya saling support di antara keduanya. Pasalnya, pasangan yang seharusnya menjadi mitra akan terasa sebagai musuh.

Untuk menghilangkan penghinaan dalam hubungan, Gottman mengatakan perlu adanya saling keterbukaan mengenai emosi yang dirasakan. Misalnya saat salah seorang pasangan membatalkan makan malam, alih-alih memaki, cukup nyatakan perasaan sedih seterbuka mungkin dengan permintaan.

“Untuk menghindari komunikasi yang menghina, nyatakan apa yang Anda rasakan, tambahkan dengan permintaan, dan juga ajak pasangan Anda untuk sama-sama berpikir dalam percakapan itu,” jelasnya.

Cara kedua adalah mengekspresikan penghargaan. Ini membantu pasangan agar memperhatikan lebih banyak kualitas positif daripada kualitas negatifnya.

“Lacak pola komunikasi Anda selama seminggu. Seberapa sering Anda terlibat dalam interaksi negatif (misal mengomel, mengkritik, mengabaikan, memutar mata) versus yang positif (misal memuji, melakukan sesuatu yang baik untuk pasangan lain)?,” tambah Gottman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*