Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) buka suara mengenai jumlah kelas menengah rentan RI yang bertambah. Menurutnya, hal ini membuka ruang diskusi untuk meninjau kembali sasaran pemberian bantuan sosial.
“Ya kita sekarang lagi diskusi ya kita lagi mendalami meskipun APBN sudah diketok ya, tapi kita ingin memastikan lagi sasaran-sasaran kita ini. Kita mudah-mudahan kita bisa lebih punya gambaran lagi yang terbaru, karena data itu dinamis sekali,” kata Gus Ipul di Kompleks Istana Kepresidenan, Senin (30/9/2024).
Gus Ipul mengatakan pemberian bantuan sosial itu memerlukan kerja sama dengan pemerintah kabupaten dan kota yang mengetahui dinamika yang terjadi di wilayahnya. Begitu juga dengan ketepatan data pemberian bansos, seperti layak tidaknya mendapat bansos dan lainnya.
“Apakah mungkin meninggal, atau mungkin sudah tidak masuk lagi dalam kategori memperoleh bantuan, atau ada juga yang turun (kelas) ya ini kita sedang sinkronisasi, kita sedang diskusikan,” katanya.
Selain itu melihat banyaknya korban PHK yang terjadi, pihaknya juga akan kembali menghitung ulang jumlah masyarakat yang bakal menerima bantuan sosial.
“Yang jelas Kemensos terus berusaha untuk melakukan berbagai hal lewat pusat data dan informasi yang kita miliki untuk mengupdate data kita,” katanya.
Sebelumnya, catatan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan drastis jumlah kelas menengah di Indonesia. Sebanyak 9,48 juta warga kelas menengah ‘turun kasta’ ke kelas menengah rentan hingga kelompok rentan miskin.
Pada 2019 lalu, Indonesia memiliki 57,33 juta penduduk kelas menengah atau sebanyak 21,45%. Jumlah itu menurun menjadi ‘hanya’ 47,85 juta pada 2024 atau tersisa 17,13%. Artinya sebanyak 9,48 juta penduduk kelas menengah turun kelas.
Berlainan dengan data jumlah kelas menengah yang anjlok, data kelompok masyarakat kelas menengah rentan atau aspiring middle class malah naik, dari 2019 hanya sebanyak 128,85 juta atau 48,20% dari total penduduk, menjadi 137,50 juta orang atau 49,22% dari total penduduk.