Pengembangan dan pengoperasian smelter yang mengelola hasil tambang mineral diyakini dapat mendongkrak ekonomi daerah setempat. Terlepas dari itu, pengelola smelter juga diharapkan turut berperan aktif dalam memberdayakan UMKM di sekitar smelter tersebut beroperasi, sebagai upaya pemerataan ekonomi.
Asal tahu saja, hilirisasi industri nikel telah memberikan dampak positif terhadap sektor UMKM. Hal ini tercermin dari adanya peningkatan permintaan barang dan jasa dari UMKM oleh PT Gunbuster Nickel Industry (PT GNI) dan perusahaan-perusahaan lain yang terkait dengan industri hilirisasi nikel.
Mengacu pada situs resmi KADIN, jumlah UMKM di Sulawesi Tengah mencapai 29.706 sepanjang tahun 2022. Angka ini mengalami pertumbuhan, pada tahun sebelumnya hanya sebanyak 25.158
Kemajuan sektor UMKM di Sulawesi Tengah pun akhirnya diakui oleh Presiden RI Joko Widodo saat mengunjungi Pasar Masomba di Palu, Sulawesi Tengah pada tahun lalu. Menurut Jokowi, pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah nampak dari banyaknya toko hingga bangunan baru.
Sejalan dengan Jokowi, Kepala Desa Bunta, Kecamatan Petasia Timur, Kabupaten Morowali Utara, Christol Rizal Lolo mengaku terdapat banyak perubahan positif di tengah kehadiran industri pengolahan (smelter) bijih nikel di wilayahnya, yakni PT Gunbuster Nickel Industry.
“Sejak PT GNI hadir, sejumlah rumah kos-kosan dan BRILink telah dibangun, menunjukkan pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut. Peningkatan ini tidak hanya mencakup sektor perumahan, tetapi juga memperluas akses ke layanan keuangan,” ujar dia, ditulis Rabu (7/8/2024).
Dengan begitu, hadirnya berbagai industri smelter pun bisa dirasakan langsung manfaatnya oleh warga sekitar lingkar industri. Sebagai contoh, salah seorang warga di Desa Bunta, Morowali Utara, Sulawesi Tengah, Yusi Simamora mengatakan, dirinya sangat terbantu dengan kehadiran industri nikel di wilayahnya. Pasalnya, kini dia bisa membuka usaha toko bahan-bahan bangunan.
“Puji Tuhan, dampaknya cukup baik, semakin ramai dan semakin banyak orang yang membutuhkan bahan-bahan untuk membangun rumah, banyak pembeli yang kita rasakan. Awalnya kami bingung ingin membuka usaha apa, namun setelah adanya PT GNI, kami melihat peluang dengan adanya pembangunan di sekitar perusahaan, sehingga kami memutuskan untuk membuka toko ini. Awalnya hanya toko kecil, sekarang sudah semakin besar,” ucap Yusi.
Tak ketinggalan, Yuni, salah satu pedagang warung makan di Desa Bunta, mengakui manfaat dan perkembangan yang signifikan dari kehadiran PT GNI. “Saya kurang lebih sudah hampir dua tahun berjualan di sini. Banyak perubahannya kalau dari awal, kalau dulu yang kita masak hanya sedikit, semakin ke sini semakin banyak, makin ramai, banyak dampak positifnya bagi kami. Saya berharap PT GNI tetap lancar dan tetap jaya supaya penjual di sekitar area perusahaan juga tetap jaya,” ucap Yuni.
Head of Corporate Communication PT GNI, Mellysa Tanoyo menegaskan, pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar lingkar industri dengan berbagai inisiasi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Kami terus berkomitmen untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan semua pihak untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan selaras dengan mewujudkan aspek pembangunan berkelanjutan (SDGs) di Indonesia. Perusahaan kami berupaya untuk dapat terus berkontribusi positif terhadap masyarakat khususnya di sekitar lingkar industri,” kata Mellysa.
Perusahaan melakukan program-program CSR yang sejalan dengan berbagai isu sosial dengan mencakup kondisi lingkungan, serta kebutuhan masyarakat di sekitar lingkar industri.
Dalam bidang ekonomi, PT GNI tegaskan terus mendukung kehadiran UMKM baru. Saat ini, PT GNI tengah membina Kelompok Menjahit Desa Bunta melalui program ‘Peri Berkarya’ dan Kelompok Pelaku Usaha Olahan Ikan Bandeng Desa Bungintimbe pada program ‘Biduk Umpan’.
Pembinaan tersebut dilakukan melalui pelatihan, pendampingan hingga perluasan pasar. Selain itu, PT GNI juga menggelar pelatihan kewirausahaan untuk kelompok CSR binaan Peri Berkarya dan Biduk Umpan serta Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Bunta dan Bungintimbe. Hal ini sejalan dengan tujuan ke-8 dari Sustainable Development Goals atau SDGs, yakni mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh produktif, serta pekerjaan yang layak.
“Kami berharap pelatihan kewirausahaan ini dapat memberikan dampak positif dengan mendorong terciptanya usaha-usaha baru yang dapat memberikan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar serta pengembangan ekonomi lokal yang lebih dinamis dan berkelanjutan untuk kemajuan ekonomi inklusif di Indonesia,” kata Mellysa.
Alhasil, seluruh kontribusi ini secara tidak langsung turut berdampak signifikan terhadap perekonomian di Sulawesi Tengah. Berdasarkan data BPS, ekonomi Sulawesi Tengah triwulan I-2024 terhadap triwulan I-2023 mengalami pertumbuhan sebesar 10,49 persen (y-on-y).